Sabtu, 06 Juni 2009

DION

Langit gelap dan rintikpun mulai turun, petir menggelegar di cakrawala nan gelap. Begitu pula dengan perasaan hatiku saat ini, hujan turun mengiringi air mata yang mulai jatuh di pipiku. Ku rasakan betapa gelap dunia ini, tak ada sedikitpun cahaya yang menerangi hidupku lagi, ingin ku berlari namun apalah daya jika diri ini tak mampu untuk berlari meski itu hanya dalam angan.

Suram, muram, gelap…..

Hanya ini yang ku rasakan…..!!!

Entah bagaimana cara agar diriku dapat kembali seperti dulu, mungkinkah aku harus kembali ke waktu itu dan menghentikannya saat itu juga agar diriku tidak mengalami hal yang seperti ku alami saat ini.

Hu..hu..hu… kenapa semua mesti terjadi kepada ku,, kenapa semua harus aku yang menanggung beban ini.. ku akui ini semua salahku, Tuhan………. Aku menyesal dengan apa yang telah ku perbuat selama ini.

Ku lihat sekilas fotho Dion di meja belajar ku, huftz….

Dion kenapa siech kamu jadi kayak gini? Aku masih sayang sama kamu, kenapa kamu ninggalin aku? Aku tahu ini memang salahku, kasih aku kesempatan sekali lagi Dion. Aku akan berusaha untuk berubah lebih baik demi kamu Dion, kasih aku kesempatan.

Setetes demi setetes air mataku mengalir dengan derasnya, yang aku tahu saat ini hanya menangis dan menangis. Nasi goreng yang terbungkus di atas meja yang dibelikan oleh Nadya tetap tak ku sentuh, entah mengapa rasanya dunia begitu berubah hingga tak ada semangat sedikitpun untuk berbuat sesuatu.

Hingga larut malam pun, aku tetap terjaga hanya untuk merenungi kisah yang ku alami saat ini. Dengan amat perlahan mataku terlelap mengarungi dinginnya malam di istana mimpi. Berharap dapat bertemu dengan Dion, meski hanya dalam mimpi untuk menyatakan apa yang aku rasakan selama dirinya pergi.

Saat mentari pagi bersinar, ku masih tetap tak beranjak dari kamar ku untuk melakukan kegiatan yang biasa ku lakukan setiap pagi. Aku hanya terdiam namun pikiranku jauh melayang melintasi dunia pagi, memikirkan kehidupan ku mendatang tanpa Dion di sampingku. Achh…..betapa berat rasanya. Tak terasa setetes air mata berlinang kembali, meski pagi ini begitu cerah. Ku raih HP ku, berharap ada SMS dari Dion meski aku tahu hal itu sangat mustahil.

Ku raih majalah yang tergeletak disampingku, ku coba untuk membacanya halaman demi halaman. Namun tak ada satupun yang menarik bagiku. Hingga ku temukan satu halaman yang membuatku menarik.

Cinta……. terkadang kita memang tidak mau untuk melepaskannya dan meninggalkannya, namun ingatlah bahwa melepaskan bukanlah akhir dari dunia. Melainkan awal suatu kehidupan baru. Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari, dan mereka yang telah mencoba…. Karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupannya.

Cinta yang agung adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih perduli terhadapnya. Ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia,, ketika dia mulai mencintai orang lain namun kamu masih bisa tersenyum sambil berkata “aku turut berbahagia untukmu.”

Orang yang terkuat bukanlah mereka yang selalu menang, melainkam mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh. Mencintai bukanlah bagaimana kamu melupakan, melainkan bagaimana kamu memaafkan, bukanlah bagaimana kamu mendengarkan melainkan bagaimana kamu mengerti, bukanlah apa yang kamu lihat melainkan apa yang kamu rasakan, bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan bagaimana kamu bertahan.

Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang…. Tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kamu kalah, kamu tetap menang hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang,, lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri..

Akan tiba saatnya kamu harus berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia… jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai melainkan berjuanglah demi cintamu. Itulah cinta sejati….

Benarkah cinta itu demikian??

Akupun juga tak mengerti, karena yang ku tahu saat ini hanyalah menangisi kepergian Dion.

Sudah dua hari ini aku mengurung di kamar ku, yang ku lakukan hanyalah menangis dan menangis tiada henti. Aku berdiri di depan cermin, kulihat bayangan di cermin yang tergambar hanyalah wajah yang kusam, mata sembab, dan rambut acak-acakan. Sebeginikah parahnya diriku saat ditinggal Dion, kenapa baru kali ini ku merasakan cinta yang begini. Ku menerawang masa-masa ku sebelum bertemu dengan Dion, saat aku putus dengan Samy dan Rio tak pernah ku merasakan sakit yang begitu mendalam.

Manja kamu itu keterlaluan banget, emang aku ayah kamu apa?? Aku capek Vin, aku minta putus kalau kamu memang tetap nggak bisa berubah…!!!

Hanya kata-kata itu yang selalu terngiang di telingaku dan di hatiku.

Dion, maafin aku..!!

Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya mengiringi tangisan ku yang juga semakin deras.

Betapa pedih hati ini, ku merasa kalau aku telah menyia-nyiakan Dion selama ini.

Dion......n…..!!

Jeritku dalam hati….