Kamis, 13 Agustus 2015

SHIRO SAN, DIMANA KAMU?



Pagi ini aku sudah mematutkan diri dengan setelan jeans dan kaos favoritku. Ah, bukan. Memang hanya inilah kaosku yang layak pakai untuk keluar, lemariku hanya penuh dengan baju berbahan sifon dan beberapa dress. Semenit, dua menit, tiga menit aku menunggu. Samar-samar terdengar suara motor mendekati arah kosku.
Kyaaaaaaa…..!!” jeritku dalam hati.
Bukan, aku menjerit bukan karena girang. Aku hanya gugup setiap bertemu dengan orang asing, bahkan aku sering panik setiap bertemu dengan orang asing.
Motor asing dengan wajah yang lumayan ku kenal berada depan kosku. Aku hanya menelan ludah, mengintip sedikit, gugup serasa ingin berlari.
 Tuhan, nekatkah diriku menyetujui ajakannya?” aku membatin sembari menyapanya. Tak lama aku segera duduk di motornya, dia terlihat baik. Aku sedikit nyaman.

******Flashback******
Dia adalah Shiro san, teman yang ku kenal melalui SNS. Ku pikir dia adalah orang yang pernah menyapaku dulu, makanya disaat dia menyapaku aku langsung menyapanya dengan riang. Begitu pula disaat dia meminta nomor HP ku, aku memberinya. Sesaat setelah aku memberikan nomor HP nya, aku jadi ragu apakah dia benar orang yang ku maksud. Namun, ternyata bukan. Ah, sudahlah…. Padahal biasanya aku sangat malas meladeni orang asing di SNS.
**********************

Sesaat kami hanya berdiam di atas motor, aku tak mengerti akan memulai pembicaraan tentang apa. Kemudian dia memberhentikan motornya, kami masuk ke sebuah tempat makan.
“Ao chan, mau makan apa?” Shiro san menyodorkan menu makanan, sejenak aku memilihnya. Aku masih kikuk. Tak lama pesanan datang, kami segera melahapnya dengan obrolan ringan. Sesaat dia merapikan beberapa sampah makananku yang berada di tisu, ah bukan sampah sebenarnya. Aku hanya pemilih makanan yang menyisihkan makanan yang tidak ku sukai. Aku tertegun dan tersenyum dalam hati.
“Ao chan, ke pasar hewan mau? Aku ingin melihat-lihat sebentar di sana.”
“Emm.. boleh”, aku menjawabnya dengan senang karena aku sangat jarang sekali ke pasar hewan bila tak ada perlu. Setelah selesai makan, aku dan Shiro san segera membayar dan pergi ke pasar hewan.
Sesampai di sana aku melihat berbagai jenis hewan peliharaan, ada yang lucu juga menjijikkan. Shiro san sesekali hanya menggodaku dengan menakutiku. Tokek. Ya, aku sangat takut apalagi dengan adiknya si Tokek. Cicak.
Beberapa hari setelah bertemu dengannya, sesekali kami masih berkirim sapa melalui SMS. Renny yang mengetahuiku diam-diam membalas SMS sembari menutup layar HP mulai curiga.
“Ao chan, dengan siapa kau SMS’an?”
“Ehmmm… bukan siapa-siapa. Temen”, jawabku dengan senyum kikuk.
“Siapa? Mitsuhiko? Kobayashi?” Renny kembali menebak sederet nama teman di kelas dan kelas sebelah.
“Ah, bukan ya”, aku mencibirkan bibir.
“Ah, iya sepertinya memang bukan. Raut mukamu saja berbeda begitu” timpal Renny dengan mencibir pula.
Glekkkk…… “ah, nggak ya” aku meletakkan HP dan menjauhkan dariku.

*********************

Baru beberapa hari berkenalan dengan Shiro san, aku merasa ada yang aneh. Seringkali menunggu dan menatap HP yang tak kunjung pula muncul nama itu, sesekali muncul SMS namun bukan Shiro san.
Shiro san, mungkinkah dia sudah punya pacar?” pikirku… “Aaarghhh… ada apa denganku? Bodoh!
            “Renny chan” panggilku gugup…
“Ya, ada apa Ao chan?”
“Aku sebenarnya akhir-akhir ini SMS’an dengan seseorang tapi dia sering menghilang, dan ntah kenapa aku merasa sedih bila dia tak jua muncul”.
“Hah….??? Siapa? Itu?”
“Siapa? Kau tak mengenalnya” aku melirik kesal dengan Renny chan yang selalu saja heboh kalau ada cowok yang dekat denganku.
“Oh… Kau jatuh cinta ya?” Renny chan menggodaku sembari tertawa.
“Nggak ya…” aku menggembungkan pipi.
“Aku bisa membedakannya, Ao chan jatuh cinta.. Hahahahaha… Jadi siapa dia? Mungkinkah dia yang sering kau sembunyikan dariku?”
“Ehmm” aku mengangguk. “Tapi sepertinya dia tak tertarik padaku, aku juga baru kali ini merasakan seperti ini. Kau tau kan, selama ini aku selalu biasa saja dan bahkan cuek dengan cowok yang mendekatiku? Pacaran saja selalu cowok yang duluan datang padaku, kenapa bersama Shiro san rasanya sangat aneh?”
“Oh, Namanya Shiro?”
“Ya” jawabku.
“Hati-hati saja, kau belum mengenalnya. Lagipula kau mengenalnya lewat SNS kan? Kau belum tahu bagaimana dia yang sebenarnya. Jangan terlalu serius dengannya”, nasihat Renny chan dan aku hanya mengangguk.

***********************

Selang waktu berlalu… Sesekali Shiro san mengajakku keluar, SMS, atau bahkan telfon. Namun, pada suatu hari aku menemukan foto di SNS nya bersama cewek lain. Sepertinya Shiro san sudah memiliki pacar, bodohnya aku. Pikirku.
“Shiro san, bukankah Shiro san sudah memiliki pacar? Kenapa masih main ke kosku, aku nggak mau pacar Shiro san marah denganku” tanyaku dengan hati-hati.
“Ah iya, Ao chan tahu darimana kalau aku sudah punya pacar?” jawabnya dengan sangat santai.
“Aku melihat foto di SNS mu”, aku mulai malas.
“Hah.. iya.. nggak apa-apa kok, lagian kalau aku mau main aku juga sudah pamitan dengannya. Tenang saja, dia tak akan marah.”
“Tapi.. tetap saja..” aku teringat saat dulu seringkali dicemburui oleh cewek lain meskipun aku tak pernah ada rasa suka sedikitpun ke pacarnya.
“Tidak apa-apa” Shiro san meyakinkan.
Aku hanya berpikir, seharusnya aku menjauh dari Shiro san. Aku hanya berandai jika aku yang jadi cewek itu, aku pun tak ingin pacarku ternyata sering main dan menghubungi cewek lain. Lebih-lebih sepertinya aku menyukainya. Aku harus berhenti, janjiku dalam hati.
Setelah dua minggu aku berusaha untuk melupakannya, mengabaikannya, Shiro san merasa aku berbeda meski aku tetap menyangkal jika itu hanya perasaannya saja.

Berusaha melupakan Shiro san, Mitsuhiko kun teman sekelasku yang selalu saja menggangguku di kelas, akhir-akhir ini sering mengajakku pergi. Lalu datanglah juga Tsuwabuki kun, teman yang sepertinya dulu juga mendekatiku. Tsuwabuki kun baru saja datang dari pulau lain karena bekerja di sana. Seiring waktu, Tsuwabuki kun menyatakan perasaannya setelah mengatakan dahulu aku selalu saja cuek dengannya bahkan aku seolah tak tahu jika dirinya mendekatiku. Aku tahu, hanya saja aku pura-pura tak tahu.
“Ao chan, denganku saja” pinta Tsuwabuki kun.
“Nggak, nggak mau. Kau tidak jelas.” Tolakku dengan tegas.

Seiring waktu, aku mulai dekat dengan Tsuwabuki kun, berusaha melupakan Shiro san. Namun tiba-tiba Shiro san berkata “aku sudah tidak dengannya lagi Ao chan”. Ya, Shiro san putus dengan pacarnya, aku pun tidak tau penyebabnya, aku pun juga tak ingin menanyakannya.
Mengetahui Shiro san sudah tak memiliki pacar lagi, aku mulai goyah lagi. Rindu yang dulu selalu membuatku diam, mulai muncul kembali. “Shiro san, aitakatta”, bisikku sembari memeluk bonekaku. Lagi lagi, yang selalu rajin menghubungiku hanya Tsuwabuki kun. Shiro san? Sudahlah, dia hanya sesekali menghubungiku. Semua hanyalah Tsuwabuki kun, lagi-lagi yang datang hanyalah Tsuwabuki kun. Akhirnya aku pacaran dengan Tsuwabuki kun, ku pikir lebih baik aku bersama Tsuwabuki kun yang selalu ada untukku. Aku hanya berpikir, mungkin aku akan bisa menyayangi Tsuwabuki kun lambat laun dan melupakan Shiro san.
Awal berpacaran dengan Tsuwabuki kun, aku masih saja merindukan Shiro san. Masih saja membalas SMS nya, masih saja menjawab telfonnya, masih saja menyembunyikan Tsuwabuki kun dari Shiro san. Bahkan aku sangat amat teramat merindukan Shiro san. Tentu saja teman-temanku memarahiku.
“Pilih saja salah satu, Tsuwabuki kun atau Shiro san? Tapi kalau aku jadi kamu, aku akan memilih Tsuwabuki kun yang sudah pasti.” Semua teman selalu berkata begitu.
Karena aku semakin tidak mau menyakiti semuanya, lebih-lebih Shiro san, aku pun jujur kepada Shiro san bila aku sudah berpacaran dengan Tsuwabuki kun. Setelah itu, aku menangis sepuasnya. Aku juga tidak mengerti kenapa aku menangis.

Beberapa bulan berlalu, tetap berusaha melupakan Shiro san. Berusaha tulus menyayangi Tsuwabuki kun.
Seiring waktu pula, aku mulai sering berantem dengan Tsuwabuki kun karena banyaknya perbedaan prinsip dan pendapat, endingnya Tsuwabuki kun mulai selingkuh. Aku meminta putus. Anehnya, aku sama sekali tak menangisinya atau bahkan merasa kehilangan. Semua datar adanya.

Kembali lagi bersama Shiro san. Sebenarnya Shiro san sejak dulu masih saja menghubungiku, hanya saja aku tak ingin memperkeruh keadaan, aku selalu saja menghindar dari Shiro san. Disaat setelah putus pun, Shiro san masih juga menghubungiku. Bahagia? Tentu. Aku lebih bebas jika ingin pergi bersama Shiro san, tak perlu ada rasa bersalah terhadap Tsuwabuki kun seperti dahulu. Namun, aku sadar diri.
Shiro san.. masih tetap tak berubah. Dia datang hanya sesekali saja datang. Meski begitu aku tetap merasa bahagia. Namun, saat ini Shiro san benar-benar sudah pergi. Shiro san seringkali mengabaikan pesanku. Lambat laun aku geram dengannya. Sampai-sampai Anggita san mengatakan aku Tsundere1.
Shiro san, kita tak pernah jadian, tidak juga berpisah. Kenapa aku justru merasa terganggu ketika kau tidak ada? Shiro san, kenapa kau semakin terasa jauh? Shiro san, maaf jika aku egois. Shiro san, dimana kamu?


KETERANGAN:
1:       Tsundere berasal dari ツンツン (tsuntsun: sifat galak, dingin, jutek) dan デレデレ (deredere: sifat manja, manis, rapuh), disingkat “tsundere”. Tsundere adalah tipe cewek jutek dan dingin terhadap orang lain. Susah sekali untuk mendekati tsundere, tapi kalau sabar menghadapinya, dia bisa menjadi baik sekali terhadap dirimu. Sorot matanya tajam dan kalau bicara sedikit kasar, tapi sebenarnya dia baik. Yaa, intinya kasar diluar baik didalam.
Sumber: http://nindyadelia-heartfillia.blogspot.com/2013/03/pengertian-dari-bermacam-macam-dere-type.html


*Aaaaahhh... Gomen... Cerpennya acak kadut. Sudah berapa tahun ya gak bikin cerpen?*