Pagi
ini aku sudah mematutkan diri dengan setelan jeans dan kaos favoritku. Ah,
bukan. Memang hanya inilah kaosku yang layak pakai untuk keluar, lemariku hanya
penuh dengan baju berbahan sifon dan beberapa dress. Semenit, dua menit, tiga
menit aku menunggu. Samar-samar terdengar suara motor mendekati arah kosku.
“Kyaaaaaaa…..!!” jeritku dalam hati.
Bukan,
aku menjerit bukan karena girang. Aku hanya gugup setiap bertemu dengan orang
asing, bahkan aku sering panik setiap bertemu dengan orang asing.
Motor
asing dengan wajah yang lumayan ku kenal berada depan kosku. Aku hanya menelan
ludah, mengintip sedikit, gugup serasa ingin berlari.
“Tuhan,
nekatkah diriku menyetujui ajakannya?” aku membatin sembari menyapanya. Tak
lama aku segera duduk di motornya, dia terlihat baik. Aku sedikit nyaman.
******Flashback******
Dia
adalah Shiro san, teman yang ku kenal melalui SNS. Ku pikir dia adalah orang
yang pernah menyapaku dulu, makanya disaat dia menyapaku aku langsung menyapanya
dengan riang. Begitu pula disaat dia meminta nomor HP ku, aku memberinya.
Sesaat setelah aku memberikan nomor HP nya, aku jadi ragu apakah dia benar
orang yang ku maksud. Namun, ternyata bukan. Ah, sudahlah…. Padahal biasanya
aku sangat malas meladeni orang asing di SNS.
**********************
Sesaat
kami hanya berdiam di atas motor, aku tak mengerti akan memulai pembicaraan
tentang apa. Kemudian dia memberhentikan motornya, kami masuk ke sebuah tempat
makan.
“Ao
chan, mau makan apa?” Shiro san menyodorkan menu makanan, sejenak aku
memilihnya. Aku masih kikuk. Tak lama pesanan datang, kami segera melahapnya
dengan obrolan ringan. Sesaat dia merapikan beberapa sampah makananku yang
berada di tisu, ah bukan sampah sebenarnya. Aku hanya pemilih makanan yang
menyisihkan makanan yang tidak ku sukai. Aku tertegun dan tersenyum dalam hati.
“Ao
chan, ke pasar hewan mau? Aku ingin melihat-lihat sebentar di sana.”
“Emm..
boleh”, aku menjawabnya dengan senang karena aku sangat jarang sekali ke pasar
hewan bila tak ada perlu. Setelah selesai makan, aku dan Shiro san segera
membayar dan pergi ke pasar hewan.
Sesampai
di sana aku melihat berbagai jenis hewan peliharaan, ada yang lucu juga
menjijikkan. Shiro san sesekali hanya menggodaku dengan menakutiku. Tokek. Ya,
aku sangat takut apalagi dengan adiknya si Tokek. Cicak.
Beberapa
hari setelah bertemu dengannya, sesekali kami masih berkirim sapa melalui SMS.
Renny yang mengetahuiku diam-diam membalas SMS sembari menutup layar HP mulai
curiga.
“Ao
chan, dengan siapa kau SMS’an?”
“Ehmmm…
bukan siapa-siapa. Temen”, jawabku dengan senyum kikuk.
“Siapa?
Mitsuhiko? Kobayashi?” Renny kembali menebak sederet nama teman di kelas dan
kelas sebelah.
“Ah,
bukan ya”, aku mencibirkan bibir.
“Ah,
iya sepertinya memang bukan. Raut mukamu saja berbeda begitu” timpal Renny
dengan mencibir pula.
Glekkkk…… “ah, nggak ya” aku meletakkan HP dan
menjauhkan dariku.
*********************
Baru
beberapa hari berkenalan dengan Shiro san, aku merasa ada yang aneh. Seringkali
menunggu dan menatap HP yang tak kunjung pula muncul nama itu, sesekali muncul
SMS namun bukan Shiro san.
“Shiro san, mungkinkah dia sudah punya pacar?”
pikirku… “Aaarghhh… ada apa denganku?
Bodoh!”
“Renny chan” panggilku gugup…
“Ya,
ada apa Ao chan?”
“Aku
sebenarnya akhir-akhir ini SMS’an dengan seseorang tapi dia sering menghilang,
dan ntah kenapa aku merasa sedih bila dia tak jua muncul”.
“Hah….???
Siapa? Itu?”
“Siapa?
Kau tak mengenalnya” aku melirik kesal dengan Renny chan yang selalu saja heboh
kalau ada cowok yang dekat denganku.
“Oh…
Kau jatuh cinta ya?” Renny chan menggodaku sembari tertawa.
“Nggak
ya…” aku menggembungkan pipi.
“Aku
bisa membedakannya, Ao chan jatuh cinta.. Hahahahaha… Jadi siapa dia?
Mungkinkah dia yang sering kau sembunyikan dariku?”
“Ehmm”
aku mengangguk. “Tapi sepertinya dia tak tertarik padaku, aku juga baru kali
ini merasakan seperti ini. Kau tau kan, selama ini aku selalu biasa saja dan
bahkan cuek dengan cowok yang mendekatiku? Pacaran saja selalu cowok yang
duluan datang padaku, kenapa bersama Shiro san rasanya sangat aneh?”
“Oh,
Namanya Shiro?”
“Ya”
jawabku.
“Hati-hati
saja, kau belum mengenalnya. Lagipula kau mengenalnya lewat SNS kan? Kau belum
tahu bagaimana dia yang sebenarnya. Jangan terlalu serius dengannya”, nasihat
Renny chan dan aku hanya mengangguk.
***********************
Selang
waktu berlalu… Sesekali Shiro san mengajakku keluar, SMS, atau bahkan telfon.
Namun, pada suatu hari aku menemukan foto di SNS nya bersama cewek lain.
Sepertinya Shiro san sudah memiliki pacar, bodohnya aku. Pikirku.
“Shiro
san, bukankah Shiro san sudah memiliki pacar? Kenapa masih main ke kosku, aku
nggak mau pacar Shiro san marah denganku” tanyaku dengan hati-hati.
“Ah
iya, Ao chan tahu darimana kalau aku sudah punya pacar?” jawabnya dengan sangat
santai.
“Aku
melihat foto di SNS mu”, aku mulai malas.
“Hah..
iya.. nggak apa-apa kok, lagian kalau aku mau main aku juga sudah pamitan
dengannya. Tenang saja, dia tak akan marah.”
“Tapi..
tetap saja..” aku teringat saat dulu seringkali dicemburui oleh cewek lain
meskipun aku tak pernah ada rasa suka sedikitpun ke pacarnya.
“Tidak
apa-apa” Shiro san meyakinkan.
Aku
hanya berpikir, seharusnya aku menjauh dari Shiro san. Aku hanya berandai jika
aku yang jadi cewek itu, aku pun tak ingin pacarku ternyata sering main dan
menghubungi cewek lain. Lebih-lebih sepertinya aku menyukainya. Aku harus
berhenti, janjiku dalam hati.
Setelah
dua minggu aku berusaha untuk melupakannya, mengabaikannya, Shiro san merasa
aku berbeda meski aku tetap menyangkal jika itu hanya perasaannya saja.
Berusaha
melupakan Shiro san, Mitsuhiko kun teman sekelasku yang selalu saja
menggangguku di kelas, akhir-akhir ini sering mengajakku pergi. Lalu datanglah
juga Tsuwabuki kun, teman yang sepertinya dulu juga mendekatiku. Tsuwabuki kun baru
saja datang dari pulau lain karena bekerja di sana. Seiring waktu, Tsuwabuki
kun menyatakan perasaannya setelah mengatakan dahulu aku selalu saja cuek
dengannya bahkan aku seolah tak tahu jika dirinya mendekatiku. Aku tahu, hanya
saja aku pura-pura tak tahu.
“Ao
chan, denganku saja” pinta Tsuwabuki kun.
“Nggak,
nggak mau. Kau tidak jelas.” Tolakku dengan tegas.
Seiring
waktu, aku mulai dekat dengan Tsuwabuki kun, berusaha melupakan Shiro san.
Namun tiba-tiba Shiro san berkata “aku sudah tidak dengannya lagi Ao chan”. Ya,
Shiro san putus dengan pacarnya, aku pun tidak tau penyebabnya, aku pun juga
tak ingin menanyakannya.
Mengetahui
Shiro san sudah tak memiliki pacar lagi, aku mulai goyah lagi. Rindu yang dulu selalu
membuatku diam, mulai muncul kembali. “Shiro
san, aitakatta”, bisikku sembari memeluk bonekaku. Lagi lagi, yang selalu
rajin menghubungiku hanya Tsuwabuki kun. Shiro san? Sudahlah, dia hanya
sesekali menghubungiku. Semua hanyalah Tsuwabuki kun, lagi-lagi yang datang hanyalah
Tsuwabuki kun. Akhirnya aku pacaran dengan Tsuwabuki kun, ku pikir lebih baik
aku bersama Tsuwabuki kun yang selalu ada untukku. Aku hanya berpikir, mungkin
aku akan bisa menyayangi Tsuwabuki kun lambat laun dan melupakan Shiro san.
Awal
berpacaran dengan Tsuwabuki kun, aku masih saja merindukan Shiro san. Masih
saja membalas SMS nya, masih saja menjawab telfonnya, masih saja menyembunyikan
Tsuwabuki kun dari Shiro san. Bahkan aku sangat amat teramat merindukan Shiro
san. Tentu saja teman-temanku memarahiku.
“Pilih
saja salah satu, Tsuwabuki kun atau Shiro san? Tapi kalau aku jadi kamu, aku
akan memilih Tsuwabuki kun yang sudah pasti.” Semua teman selalu berkata
begitu.
Karena
aku semakin tidak mau menyakiti semuanya, lebih-lebih Shiro san, aku pun jujur
kepada Shiro san bila aku sudah berpacaran dengan Tsuwabuki kun. Setelah itu,
aku menangis sepuasnya. Aku juga tidak mengerti kenapa aku menangis.
Beberapa
bulan berlalu, tetap berusaha melupakan Shiro san. Berusaha tulus menyayangi Tsuwabuki
kun.
Seiring
waktu pula, aku mulai sering berantem dengan Tsuwabuki kun karena banyaknya
perbedaan prinsip dan pendapat, endingnya
Tsuwabuki kun mulai selingkuh. Aku meminta putus. Anehnya, aku sama sekali tak
menangisinya atau bahkan merasa kehilangan. Semua datar adanya.
Kembali
lagi bersama Shiro san. Sebenarnya Shiro san sejak dulu masih saja
menghubungiku, hanya saja aku tak ingin memperkeruh keadaan, aku selalu saja
menghindar dari Shiro san. Disaat setelah putus pun, Shiro san masih juga
menghubungiku. Bahagia? Tentu. Aku lebih bebas jika ingin pergi bersama Shiro
san, tak perlu ada rasa bersalah terhadap Tsuwabuki kun seperti dahulu. Namun,
aku sadar diri.
Shiro
san.. masih tetap tak berubah. Dia datang hanya sesekali saja datang. Meski
begitu aku tetap merasa bahagia. Namun, saat ini Shiro san benar-benar sudah
pergi. Shiro san seringkali mengabaikan pesanku. Lambat laun aku geram
dengannya. Sampai-sampai Anggita san mengatakan aku Tsundere1.
Shiro
san, kita tak pernah jadian, tidak juga berpisah. Kenapa aku justru merasa
terganggu ketika kau tidak ada? Shiro san, kenapa kau semakin terasa jauh?
Shiro san, maaf jika aku egois. Shiro san, dimana kamu?
KETERANGAN:
1: Tsundere berasal dari ツンツン (tsuntsun: sifat galak, dingin,
jutek) dan
デレデレ (deredere: sifat manja, manis,
rapuh), disingkat “tsundere”. Tsundere adalah tipe cewek jutek dan dingin
terhadap orang lain. Susah sekali untuk mendekati tsundere, tapi kalau sabar
menghadapinya, dia bisa menjadi baik sekali terhadap dirimu. Sorot matanya
tajam dan kalau bicara sedikit kasar, tapi sebenarnya dia baik. Yaa, intinya
kasar diluar baik didalam.
Sumber:
http://nindyadelia-heartfillia.blogspot.com/2013/03/pengertian-dari-bermacam-macam-dere-type.html
*Aaaaahhh... Gomen... Cerpennya acak kadut. Sudah berapa tahun ya gak bikin cerpen?*
*Aaaaahhh... Gomen... Cerpennya acak kadut. Sudah berapa tahun ya gak bikin cerpen?*
0 Korban Gue:
Posting Komentar